Suaradiksi.com. Aceh Utara - Selama dua pekan terakhir, masyarakat Kabupaten Aceh Utara menghadapi kelangkaan gas elpiji 3 kilogram, yang menyebabkan banyak warga terpaksa menghentikan aktivitas memasak.
Gas yang biasanya tersedia dengan mudah, kini langka dan sulit didapatkan, memaksa warga “menggantung panci” karena tidak ada alternatif yang terjangkau.
Dari pantauan hampir seluruh pangkalan elpiji di daerah tersebut mengalami kekosongan. Namun hal lain dijumpai di lapangan bahwa gas elpiji banyak ditemukan di toko-toko dengan harga yang mencekik masyarakat yakni pada kisaran Rp40 ribu hingga Rp50 ribu per tabung 3 kilogram.
Kondisi tersebut membuat warga menduga ada permainan di tingkat pangkalan yang menyebabkan kelangkaan elpiji di tengah kesulitan masyarakat.
Keluhan tersebut disampaikan warga Aceh Utara, Haji Muhammad (HM) Yusuf Hasan yang menyebutkan sejak dua pekan terakhir gas melon (3 kilogram) susah didapatkan di pangkalan, jikapun ada itu di toko-toko dengan harga yang melangit.
"Pak Pj Gubernur dan Pj Bupati mohon bantu rakyat kecil yang kesulitan mendapatkan gas melon (3kg). Tolong oknum ditertibkan karena gas melon ini untuk orang miskin kenapa orang kaya juga menikmati. Tolong bantu yang miskin dan pedagang kecil pak,"kata HM Yusuf Hasan di Aceh Utara, Kamis 17 Oktober 2024.
Padahal, kata HM Yusuf Hasan, truk yang memasok gas 3 kilogram selalu masuk ke setiap pangkalan di Aceh Utara, khususnya di Kecamatan Samudera dan Syamtalira Aron, namun tidak lama setelah pembongkaran, gas sudah habis.
"Diduga gas yang masuk ke pangkalan sudah dipesan atau dijual ke toko-toko, sehingga menyebabkan kelangkaan dan masyarakat kecil tidak mendapatkan gas melon yang seharusnya diperuntukkan bagi warga miskin itu. Mohon ditindaklanjuti karena kami betul-betul kesulitan,"katanya.
Tokoh masyarakat Aceh Utara itu meminta pemerintah segera turun tangan mengatasi persoalan yang telah meresahkan dan mencekik masyarakat miskin di daerah tersebut.
"Saya minta pemerintah tidak hanya diam. Tolong disidak pendistribusian gas elpiji 3 kilogram, baik di agen, pangkalan hingga ke kios-kios. Hal ini guna menjaga harga elpiji 3 kilogram di tengah masyarakat tidak melebihi harga eceran tertinggi (HET) yang ditetapkan pemerintah,"katanya.
Sementara itu, Kepala Bidang Perdagangan pada Dinas Perdagangan Perindustrian Koperasi dan Usaha Kecil Menengah (Disperindagkop UKM) Kabupaten Aceh Utara Irwandi mengatakan bahwa pihaknya akan melakukan sidak atas keluhan warga terkait kelangkaan dan tingginya harga gas elpiji 3 kilogram yang dijual diatas HET (Rp18 ribu).
Untuk mengatasi masalah ini, kata Irwandi, Disperindagkop UKM Aceh Utara berencana melakukan pengawasan terpadu dengan melibatkan pihak kepolisian, kejaksaan, Satpol PP, dan dinas terkait lainnya dengan harapan langkah tersebut bisa menormalkan kembali kelangkaan gas elpiji 3 kg.
"Dalam waktu dekat, tim akan turun ke lapangan melakukan sidak. Jika didapati agen atau pangkalan yang nakal maka akan diberikan sanksi tegas, termasuk akan mencabut izin usaha,"kata Irwandi.
Irwandi menyatakan bahwa pihaknya terus melakukan pemantauan dan pengawasan terkait masalah pasokan gas elpiji dan sejauh ini kelangkaan tersebut bukan karena masalah distribusi dari pihak distributor. Distribusi berjalan lancar dengan mobil pengangkut yang rutin membongkar gas di setiap pangkalan.
Terkait kuota gas elpiji di Aceh Utara, Irwandi memastikan bahwa pasokan sebenarnya cukup untuk kebutuhan masyarakat di daerah itu. "Kuota gas untuk Aceh Utara sudah diatur berdasarkan SK Gubernur, dan seharusnya cukup. Setiap bulan, distribusi berjalan normal. Jadi, kelangkaan ini lebih disebabkan oleh distribusi di tingkat pangkalan,"jelasnya.
"Bahkan ada agen yang mengalami pengurangan kuota karena kelebihan pasokan. Itu artinya gas elpiji 3 kilogram tidak langka di Aceh Utara” ujarnya.
Irwandi mencurigai adanya peningkatan penggunaan gas karena beberapa faktor, salah satunya seperti perayaan Maulid di Aceh. Namun demikian Disperindagkop UKM Aceh Utara juga menghimbau agar penggunaan gas elpiji bersubsidi 3 kg sesuai dengan peruntukannya, yaitu untuk masyarakat miskin.
"Langkah ini diharapkan dapat mengurangi beban subsidi dan memastikan gas bersubsidi dapat dinikmati oleh masyarakat yang benar-benar membutuhkan. Kami terus melakukan koordinasi dengan pihak terkait untuk memastikan pasokan gas tetap lancar dan tidak ada lagi kelangkaan di masa mendatang,” pungkas Irwandi.